Perencanaan Keuangan Jangka Panjang
Pertumbuhan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan Jangka Panjang
Elemen-elemen Perencanaan Keuangan
1. Pembelian (investasi) dalam aset-aset tetap baru yang ditentukan dalam keputusan penganggaran modal (capital budgeting)
2. Tingkat pinjaman (financial leverage) yang ditentukan dalam keputusan struktur modal (capital structure)
3. Pembayaran dividen kepada para pemegang saham yang ditentukan dalam keputusan kebijakan dividen (dividend policy).
4. Persyaratan likuiditas yang ditentukan dalam keputusan modal kerja bersih (net working capital)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Proses Perencanaan Keuangan
1. Jangka waktu : dibedakan antara keputusan jangka pendek (biasaya paling lama 12 bulan) dan jangka waktu yang lebih panjang (lebih dari setahun).
2. Agregasi – kombinasikan keputusan-keputusan penganggaran modal menjadi satu proyek besar.
3. Asumsi dan skenario
a. Buatlah asumsi-asumsi yang realistic (masuk akal) tentang berbagai variable penting.
b. Jalankan beberapa scenario dengan membuat variasi atas asumsi-asumsi yang dipakai dalam angka yang masuk akal.
c. Buatlah sekurang-kurangnya skenario-skenario terburuk, normal dan terbaik.
Peran (Tujuan) Perencanaan Keuangan
1. Membantu manajemen dalam melihat kaitan antara berbagai keputusan.
2. Memberikan kerangka sistematis bagi manajemen dalam mengembangkan dan memanfaatkan berbagai peluang.
3. Membantu manajemen dalam mengantisipasi hal-hal yang sangat tidak diinginkan dengan mengidentifikasi hasil-hasil yang mungkin terjadi dan membuat rencana-rencana cadangan.
4. Membantu manajemen dalam menentukan apakah tujuan-tujuan yang ingin dicapai layak dan tidak bertentangan satu dengan yang lain.
Bahan-Bahan Dasar dalam membuat Model Perencanaan Keuangan
1. Proyeksi penjualan karena keluar masuknya kas banyak yang secara langsung tergantung dari tingkat penjualan (yang sering diperkirakan dengan menggunakan tingkat pertumbuhan penjualan)
2. Hubungan antara perkiraan-perkiraan neraca dan laba-rugi dengan penjualan.
3. Asumsi-asumsi ekonomi tentang kondisi ekonomi di masa mendatang.
Hasil dari Model Perencanaan Keuangan
1. Proyeksi laporan keuangan (projected / pro forma financial statements) yang :
- Memperlihatkan jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai pembelian aset yang diperlukan.
- Memproyeksikan dana yang bisa dihasilkan dari dalam perusahaan
- Menghitung variable penyeimbang (plug variable atau jumlah dana eksternal yang diperlukan / external funds
needed) guna menutupi kekurangan pendanaan dari dalam perusahaan.
needed) guna menutupi kekurangan pendanaan dari dalam perusahaan.
2. Manajemen harus memutuskan jenis pembiayaan yang akan digunakan untuk menyeimbangkan neraca.
Salah satu alat yang digunakan dalam membuat perencanaan keuangan adalah Pendekatan Persentase Penjualan (Percentage of Sales Approach) yang dapat dihitung dengan menggunakan 2 cara yakni : metode neraca proyeksi dan metode rumus.
Yang perlu diperhatikan dalam neraca (laporan posisi keuangan) dan rugi laba :
- Beberapa perkiraan berubah secara langsung dengan berubahnya penjualan (perkiraan spontan)
- Beberapa perkiraan berubah secara tidak langsung dengan berubahnya penjualan (perkiraan non spontan)
- Beberapa perkiraan tidak berubah sama sekali (non spontan)
Perkiraan Spontan dan Non Spontan pada :
a. Laporan Laba Rugi
- Jika semua perkiraan laba-rugi yang berada di atas angka laba bersih dalam laporan laba rugi berubah secara langsung dengan perubahan penjualan, maka persentase laba terhadap penjualan akan tetap (rasio margin bersih tetap).
- Jika semua perkiraan di atas angka laba bersih berubah secara langsung dengan perubahan penjualan dan jika rasio retensi (retention ratio / plowback ratio) tetap, maka persentase tambahan laba ditahan terhadap penjualan juga bersifat tetap.
- Jika beban depresiasi dan bunga tidak berubah secara langsung dengan perubahan penjualan, maka rasio margin bersih tidak tetap)
- Pembagian dividen merupakan keputusan manajemen dan mungkin tidak terkait langsung dengan perubahan penjualan. Hal ini akan mempengaruhi jumlah laba ditahan.
b. Neraca (posisi keuangan)
- Awalnya diasumsikan seluruh aset termasuk aset tetap berubah secara langsung dengan perubahan penjualan.
- Utang Usaha akan berubah secara langsung dengan berubahnya penjualan.
- Utang Wesel (Notes Payable), utang jang panjang (long-term debt) dan ekuitas umumnya tidak berubah secara langsung terkait dengan perubahan penjualan karena mereka tergantung dari keputusan manajemen tentang struktur modal.
- Perubahan jumlah laba ditahan merupakan hasil dari keputusan pembagian dividen.
Langkah-Langkah Menyusun Proyeksi
1. Amati Laporan Posisi Keuangan dan Laporan Laba Rugi yang terakhir. Perhatikan hubungan setiap perkiraan dengan penjualan (apakah spontan atau tidak spontan terhadap perubahan penjualan).
2. Buat proyeksi laba-rugi. Dimulai dengan membuat proyeksi penjualan dengan menggunakan rumus :
Penjualan proyeksi = penjualan saat ini x ( 1 + tingkat kenaikan).
Untuk setiap perkiraan spoantan, hitung angka proyeksinya. Jumlah tambahan laba bersih yang ditahan akan tercermin pada laporan posisi keuangan (di bagian ekuitas)
3. Buat proyeksi posisi keuangan (neraca) untuk setiap perkiraan spontan. Hitung angka proyeksi untuk setiap perkiraan tersebut.
4. Hitung jumlah dana yang dibutuhkan dari sumber eksternal (EFN)
CV Tetap Mencoba
Laporan Laba Rugi
Tahun 2012
(dalam miliaran rupiah)
Penjualan 1.000
Beban Pokok Penjualan (80% dari penjualan) 800
---------
Laba Sebelum Pajak 200
Pajak (34% dari penjualan) 68
----------
Laba Bersih (13.2% dari penjualan) 132
=====
=====
Tambahan atas laba ditahan 88
Dividen 44
Profit Margin = laba bersih / penjualan = 132/1.000 = 0,132 atau 13,2%
Dividend payout ratio = dividend / laba bersih = 44/132 = 0,3333 atau 33,33%
Retention ratio = 1 – dividend payout ratio = 1 – 0,333 = 0,6667 atau 66,67%
bisa juga dihitung dengan menggunakan rumus = laba yang ditahan / laba bersih = 88/132 = 0,6667
CV Tetap Mencoba
Laporan Posisi Keuangan
Per : 31 Desember 2012
(dalam miliaran rupiah)
Aset Liabilitas dan Ekuitas
Aset Lancar % dari Liabilitas Jangka Pendek % dari
penjualan penjualan
Kas & setara kas 160 16% Utang usaha 300 30%
Piutang usaha 440 44 Utang wesel 100 t/t
Persediaan 600 60 Jumlah Liabilitas Jk Pendek 400 t/t
Jumlah Aset Lancar 1.200 120%
Utang Jangka Panjang 800 t/t
Aset Tetap Neto 1.800 180%
Ekuitas
Saham biasa 800 t/t
Laba ditahan 1.000 t/t
Jumlah aset 3.000 300% Jumlah liabilitas & ekuitas 3.000 t/t
Jika penjualan naik Rp 1 maka (lihat perkiraan yang dalam persentase) kas naik Rp 0,16; piutang usaha naik Rp 0,44, persediaan naik Rp 0,60, aset tetap naik Rp 1,8, jumlah aset naik Rp 3 dan utang usaha naik Rp 0,30.
Contoh perhitungan Jumlah Dana Eksternal (EFN) yang dibutuhkan :
1. Perusahaan beroperasi secara penuh.
2. Setiap jenis aset naik secara proporsional dengan kenaikan penjualan.
3. Utang (usaha dan utang lainnya di luar utang wesel) akan naik secara proporsional dengan kenaikan penjualan.
4. Rasio margin laba 13,2% dan pembayaran dividen 33,33% tetap
5. Penjualan tahun 2013 naik 25% alias 25% x Rp 1.000 miliar = Rp 250 miliar.
CV Tetap Mencoba
Laporan Laba Rugi Proyeksi
Tahun 2013
(dalam miliaran rupiah)
Penjualan (proyeksi) 1.250
Beban Pokok Penjualan (80% dari penjualan) 1.000
---------
Laba Sebelum Pajak 250
Pajak (34% dari penjualan) 85
----------
Laba Bersih (13.2% dari penjualan) 165
======
======
Tambahan atas laba ditahan = 66,67% x 165 = 110 (tercermin di laporan posisi keuangan)
Dividen = 33,33% x 165 = 55
CV Tetap Mencoba
Laporan Posisi Keuangan Proyeksi
Per : 31 Desember 2013
(dalam miliaran rupiah)
Aset Liabilitas dan Ekuitas
Aset Lancar Liabilitas Jangka Pendek
Kas & setara kas (16% x 1.250) 200 Utang usaha (30% x 1.250) 375
Piutang usaha (44% x 1.250) 550 Utang wesel 100
Persediaan (60% x 1.250) 750 Jumlah Liabilitas Jk Pendek 475
Jumlah Aset Lancar 1.500
Utang Jangka Panjang 800
Aset Tetap Neto (180% x 1.250) 2.250
Ekuitas
Saham biasa 800
Laba ditahan (1.000 + 110) 1.110
Jumlah aset 3.750 Jumlah liabilitas & ekuitas 3.185
===== =====
Dengan demikian jumlah dana eksternal (EFN) yang dibutuhkan adalah selisih antara proyeksi jumlah aset (Rp 3.750 miliar) dengan proyeksi jumlah liabilitas & ekuitas (Rp 3.185 miliar) yakni sebesar Rp 565.
Dengan demikian, dengan memproyeksikan kenaikan penjualan sebesar 25% (Rp 250 miliar), perusahaan harus mencari dana ekternal (EFN / plug variable) sebesar Rp 565 miliar untuk membiayai kenaikan asetnya.
Untuk itu perusahaan dapat menggunakan kombinasi dari variabel-variabel penyeimbang (plug variables) sbb :
- meminjam utang wesel tambahan
- meminjam utang jangka panjang
- menerbitkan saham biasa
- mengurangi pembayaran dividen
Misalkan : CV Tetap Mencoba tidak bermaksud menerbitkan saham lagi sehingga semua kebutuhan dana eksternal akan dicari dari pinjaman. CV Tetap Mencoba akan mengeluarkan utang wesel sebesar Rp 225 miliar dan utang jangka panjang sebesar Rp 340 miliar. Dengan demikian proyeksi laporan posisi keuangannya menjadi sbb :
CV Tetap Mencoba
Laporan Posisi Keuangan Proyeksi
Per : 31 Desember 2013
(dalam miliaran rupiah)
Aset Liabilitas dan Ekuitas
Aset Lancar Liabilitas Jangka Pendek
Kas & setara kas (16% x 1.250) 200 Utang usaha (30% x 1.250) 375
Piutang usaha (44% x 1.250) 550 Utang wesel (+225) 325
Persediaan (60% x 1.250) 750 Jumlah Liabilitas Jk Pendek 700
Jumlah Aset Lancar 1.500
Utang Jangka Panjang (+340) 1.140
Aset Tetap Neto (180% x 1.250) 2.250
Ekuitas
Saham biasa 800
Laba ditahan (1.000 + 110) 1.110
Jumlah aset 3.750 Jumlah liabilitas & ekuitas 3.750
===== =====
Metode Rumus
EFN = kenaikan aset – kenaikan liabilitas spontan – kenaikan laba ditahan = kekurangan yang harus dicari dari dana eksternal
= (A* / S) dS - (L* / S) dS - M S1 b
Dimana :
A*/S = aset yang berubah secara spontan terhadap penjualan awal
L*/S = liabilitas yang berubah secara spontan terhadap penjualan awal
S = penjualan awal
S1 = nilai proyeksi penjualan untuk tahun depan
dS = kenaikan penjualan
M = rasio margin laba
b = rasio retensi
Catatan : rumus ini harus digunakan secara hati-hati. Periksalah apakah rasio margin laba nya berubah atau tidak. Jika berubah, maka gunakanlah rasio margin laba yang baru.
EFN = (A* / S) dS - (L* / S) dS - M S1 b
=(3000 / 1000) x 250 - (300 / 1000) x 250 – 0,132 x (1250) x 0,6667
= 750 - 75 - 110 = 565
Bila EFN bertanda negative, maka jumlah dana internal perusahaan melebihi jumlah kenaikan aset.
Bila perusahaan beroperasi kurang dari kapasitas penuh (misal pada contoh di atas beroperasi pada kapasitas 70%) maka perusahaan harus mencari nilai penjualan dengan kapasitas penuhnya yakni :
Penjualan kapasitas penuh = penjualan actual / persentase kapasitas = Rp 1.000 miliar / 70% = Rp 1.429 miliar.
Dengan jumlah aset yang ada sekarang, penjualan dapat meningkat sampai RP 1.429 miliar sebelum tambahan aset tetap dibutuhkan. Karena penjualan diproyeksikan hanya sebesar Rp 1.250 miliar, maka tambahan aset tetap baru tidak diperlukan.
Dengan demikian jumlah dana eksternal yang dibutuhkan menjadi berubah. Persahaan tidak perlu menambah aset tetapnya sebesar Rp 450 miliar. Dengan demikian jumlah kebutuhan dana eksternal yang perlu dicari tinggal sebesar Rp 565 miliar – Rp 450 miliar = Rp 115 miliar.
Bagaimana bila penjualan meningkat dari Rp 1.000 miliar menjadi Rp 1.500 miliar? Berapa jumlah tambahan aset tetap yang diperlukan?
Target ratio = Aset Tetap / Penjualan Kapasitas Penuh
= 1.800 / 1.429 = 1,26
Dengan target ratio tersebut , maka jumlah aset tetap yang diperlukan sebesar 1,26 x Rp 1.500 miliar = Rp 1.890 miliar. Dengan demikian tambahan aset tetap yang dibutuhkan sebesar Rp 1.890 miliar – Rp 1.800 miliar = Rp 90 miliar.
Tingkat Pertumbuhan dan Pendanaan Eksternal
Pada tingkat pertumbuhan rendah, jumlah dana yang tersedia dari sumber internal (yakni dengan menggunakan laba ditahan) mungkin melampaui jumlah investasi dalam aset yang dibutuhkan. Namun saat tingkat pertumbuhan meningkat, sumber dana dari dalam perusahaan tidak akan cukup dan perusahaan harus mencari dana dari pasar uang dan modal.
Mengamati hubungan antara tingkat pertumbuhan dengan pendanaan eksternal yang diperlukan merupakan alat yang berguna dalam perencanaan jangka panjang.
Terdapat 2 tingkat pertumbuhan yang berguna dalam perencanaan keuangan yakni :
1. Tingkat Pertumbuhan Internal (Internal growth rate)
2. Tingkat Pertumbuhan Berkelanjutan (Sustainable growth rate)
Tingkat Pertumbuah Internal
Merupakan tingkat pertumbuhan dimana perusahaan dapat membiayai kenaikan asetnya dengan menggunakan laba ditahan sebagai satu-satunya sumber dana alias perusahaan sama sekali tidak menggunakan dana dari luar.
Rumusnya :
b x ROA
Internal Growth Rate = ------------------
1 – b x ROA
ROA = return on assets (tingkat pengembalian aset) = laba bersih / total aset (pada contoh di atas 132 /3.000 = 0,044)
b = retention ratio = plowback ratio = 1- d = laba yang ditahan / laba bersih (pada contoh di atas 0,6667)
Sehingga internal growth rate nya = 0,6667 x 0,044 / ( 1 – 0,6667 x 0,044) = 3,02%
Artinya bila tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan hanya mencapai 3,02%, maka kebutuhan dana untuk membeli asetnya cukup dibelanjai dengan dana internal (laba ditahan).
Tingkat Pertumbuhan Berkelanjutan (sustainable)
Merupakan tingkat pertumbuah di mana perusahaan dapat membiayai kenaikan asetnya baik dengan dana internal dan dana eksternal sehingga dapat mempertahankan rasio utangnya.
Rumusnya :
b x ROE
Sustainable Growth Rate = ------------------
1 – b x ROE
ROE = return on equity (tingkat pengembalian ekuitas) = laba bersih / total ekuitas (pada contoh di atas 132 /1.800 = 0,0733)
Sehingga sustainable growth rate nya = 0,6667 x 0,0733 / ( 1 – 0,6667 x 0,0733) = 5,14%
Artinya bila tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan sebesar 5,14%, maka rasio utangnya tidak berubah.
Faktor-Faktor yang Menentukan Tingkat Pertumbuhan
1. Margin laba yang menunjukkan efisiensi dalam operasi perusahaan
2. Perputaran aset yang menunjukkan efisiensi penggunaan aset
3. penggunaan dana pinjaman (financial leverage) yang menunjukkan rasio utang yang optimal
4. Kebijakan dividen yakni seberapa besar laba yang diberikan kepada pemegang saham dibanding dengan yang ditahan / diinvestasikan kembali dalam perusahaan.